Baru saja aku merebahkan tubuhku sambil menikmati secangkir teh hangat di malam salju ini, kudengar suara ketukan kecil dari depan pintu rumahku.
"Kenapa pasien ini datang di saat aku menikmati waktuku" pikirku dalam hati.
Kubukakan pintu dan kulihat seorang gadis mungil dengan jas hujannya yang berwarna kuning. Tubuhnya menggigil karena di luar sedang hujan salju.
"Ada apa adik kecil?" tanyaku.
"Dokter,tolong saya" jawabnya lembut. Air matanya mengalir deras dari matanya yang cantik itu.
"Kenapa? Apakah ada yang sakit?"
"Maukah dokter ikut bersamaku?"
Aku segera mengambil mantelku dan membawanya masuk ke mobilku.
"Siapa yang sakit? Apakah keluargamu?" tanyaku.
"Ibuku sakit parah dokter" suaranya gemetar karena ia tak dapat menahan tangisnya.
Sesampainya di tempat yang ia tunjukkan, aku terdiam dan bingung.
"Mengapa ia mengajakku ke tempat ini? Apakah benar ini rumahnya?"aku berkata dalam hati.
Yang kulihat hanyalah sebuah gubug kecil yang sangat sederhana. Jaraknya cukup jauh dari rumahku. Aku berpikir sejenak bagaimana caranya anak ini datang ke rumahku sendirian.
"Dokter cepatlah" sambil memegang tanganku dan menangis.
Aku segera masuk dan melihat seorang ibu yang sekarat terbaring di kasurnya.
1 jam kemudian, Keadaan ibu itu sudah membaik
dari sebelumnya.
"Terima kasih dokter aku merasa cukup membaik" ucap si ibu.
"Tetapi , bagaimana dokter bisa tahu tempat ini sedangkan ini adalah daerah terpencil?"
"Gadis mungilmu yang membawaku kemari" balasku sembari merapikan peralatanku.
"Tidak mungkin". Air matanya mengalir deras membasahi pipinya.
"Benarkan, aku juga berpikir demikian. Bagaimana bisa seorang gadis kecil datang ke tempatku yang jauh di malam yang sangat dingin ini" balasku.
"Bukan begitu dokter.."
"Kenapa? anakmu datang sendirian ke tempatku dengan mengenakan jas hujan kuningnya."
Air matanya semakin deras mengalir dari matanya yang sayu itu.
Ia berjalan menuju lemari tua dan membukanya. Di dalamnya tergantung sebuah jas hujan kecil berwarna kuning yang aku lihat si gadis mengenakannya tadi.
"Apa maksudnya?" tanyaku yang tidak mengerti.
"Ini jas hujan kesukaannya, aku menggantungnya di sini Karena ia tidak akan mungkin mengenakannya lagi."
"maksudmu?"
"Ia meninggal setahun yang lalu Dalam kecelakaan bersama ayahnya." ia menangis lebih keras.
"Bagaimana mungkin?!" aku benar-benar terkejut.
"setahun yang lalu, ia berjalan kembali ke rumah bersama ayahnya yang baru saja mengajaknya menonton kembang api di alun-alun kota." Sahutnya sambil menahan air matanya yang mengalir deras.
Sekarang aku mengrtahui situasinya, Tuhan mengirimkan malaikat kecilnya untuk menyelamatkan hidupnya.
(c) someone.
No comments:
Post a Comment